Cacing tanah mampu menghasilkan pupuk organik yang terbukti dapat memperbaiki kondisi tanah sehingga lahan menjadi subur dan menjadikan tanaman lebih produktif. Pupuk organik kascing (sebutan untuk pupuk alami dari cacing tanah) ini terbukti efektif sehingga dipercaya penggunaannya oleh para petani.
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut “perut bumi” karena semua mikroorganisme menguntungkan ada di perut cacing tanah. Karenanya, cacing tanah berperan penting dalam mempercepat proses pelapukan bahan organik sisa. Dengan kemampuannya memakan bahan organik sebanyak berat bandannya sendiri setiap 24 jam, cacing tanah mampu mengubah semua bentuk bahan organik menjadi tanah subur. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan petani untuk memperbaiki kesuburan lahan pertaniannya.Cacing tanah awalnya akan memakan bahan organik di atas permukaan tanah. Kemudian mahluk kecil ini turun ke bagian dalam tanah, berarti cacing tanah memindahkan bahan organik dari lapisan atas menuju lapisan bawah tanah. Cacing tanah ketika berpindah ke bagian bawah juga membuat pori-pori yang dapat memperbaiki aerasi tanah. Selanjutnya cacing tanah juga mengeluarkan kotoran. Kotoran cacing tanah yang telah melewati pencernaannya itu, mengandung hormon-hormon tertentu yang tidak dimiliki kompos biasa dan bagus untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan cara itu, cacing tanah mampu memodifikasi lingkungan dan menyediakan unsur hara bagi organisme lain. Cacing tanah dapat disebut sebagai ecosystem engineers.
Cacing tanah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Kekuatannya bisa mencapai 40 kali berat badannya. Bila cacing tanah beratnya 50 kg maka bisa menggerakkan berat 2.000 kg. Memang cacing tanah mempunyai hormon tertentu yang dapat membuat badannya kuat.
Cacing tanah hidup di sawah, tegalan, pinggiran sungai, timbunan sampah, atau di tempat pembuangan sisa-sisa makanan dari dapur. Pendeknya, di tempat yang bahan organiknya tinggi.
Saat itu saya sangat terkesan melihat bahwa di mana ada cacing tanah, di sana tanahnya subur (gembur dan berwarna gelap), tanaman tumbuh sehat, hewan pemakan cacing tanah yang hidup di sekitarnya seperti bebek, tikus, kodok, burung, dan ayam juga terlihat sehat. Bahkan persentase bertelurnya bebek waktu itu sangat tinggi.Kondisi ini mengalami perubahan semenjak peralihan sistem pertanian dari tradisional ke konvensional. Penggunaan bahan kimia sintetis dalam pertanian sejak tahun ‘70-an memulai masa “pembantaian” cacing tanah.
Saya menyaksikan ketika pupuk urea ditebar, cacing tanah menggelepar-gelepar ke pinggir untuk menyelamatkan diri tetapi tidak sampai di pinggir sudah mati. Cacing tanah sangat sensitif terhadap bahan kimia. Sehingga cacing tanahlah yang paling awal lenyap dari dalam tanah dan selanjutnya diikuti oleh hilangnya kehidupan lain di dalam tanah. Dampak buruk pun perlahan-lahan mulai kita alami. Yang paling terasa kala itu adalah daya bertelur bebek menurun, terputusnya beberapa rantai makanan, rusaknya kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, perubahan ekosistem, dan terakhir yang masih terasa hingga kini adalah menurunnya kesehatan tanaman, hewan, dan manusia.
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut “perut bumi” karena semua mikroorganisme menguntungkan ada di perut cacing tanah. Karenanya, cacing tanah berperan penting dalam mempercepat proses pelapukan bahan organik sisa. Dengan kemampuannya memakan bahan organik sebanyak berat bandannya sendiri setiap 24 jam, cacing tanah mampu mengubah semua bentuk bahan organik menjadi tanah subur. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan petani untuk memperbaiki kesuburan lahan pertaniannya.Cacing tanah awalnya akan memakan bahan organik di atas permukaan tanah. Kemudian mahluk kecil ini turun ke bagian dalam tanah, berarti cacing tanah memindahkan bahan organik dari lapisan atas menuju lapisan bawah tanah. Cacing tanah ketika berpindah ke bagian bawah juga membuat pori-pori yang dapat memperbaiki aerasi tanah. Selanjutnya cacing tanah juga mengeluarkan kotoran. Kotoran cacing tanah yang telah melewati pencernaannya itu, mengandung hormon-hormon tertentu yang tidak dimiliki kompos biasa dan bagus untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan cara itu, cacing tanah mampu memodifikasi lingkungan dan menyediakan unsur hara bagi organisme lain. Cacing tanah dapat disebut sebagai ecosystem engineers.
Cacing tanah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Kekuatannya bisa mencapai 40 kali berat badannya. Bila cacing tanah beratnya 50 kg maka bisa menggerakkan berat 2.000 kg. Memang cacing tanah mempunyai hormon tertentu yang dapat membuat badannya kuat.
Cacing tanah hidup di sawah, tegalan, pinggiran sungai, timbunan sampah, atau di tempat pembuangan sisa-sisa makanan dari dapur. Pendeknya, di tempat yang bahan organiknya tinggi.
Saat itu saya sangat terkesan melihat bahwa di mana ada cacing tanah, di sana tanahnya subur (gembur dan berwarna gelap), tanaman tumbuh sehat, hewan pemakan cacing tanah yang hidup di sekitarnya seperti bebek, tikus, kodok, burung, dan ayam juga terlihat sehat. Bahkan persentase bertelurnya bebek waktu itu sangat tinggi.Kondisi ini mengalami perubahan semenjak peralihan sistem pertanian dari tradisional ke konvensional. Penggunaan bahan kimia sintetis dalam pertanian sejak tahun ‘70-an memulai masa “pembantaian” cacing tanah.
Saya menyaksikan ketika pupuk urea ditebar, cacing tanah menggelepar-gelepar ke pinggir untuk menyelamatkan diri tetapi tidak sampai di pinggir sudah mati. Cacing tanah sangat sensitif terhadap bahan kimia. Sehingga cacing tanahlah yang paling awal lenyap dari dalam tanah dan selanjutnya diikuti oleh hilangnya kehidupan lain di dalam tanah. Dampak buruk pun perlahan-lahan mulai kita alami. Yang paling terasa kala itu adalah daya bertelur bebek menurun, terputusnya beberapa rantai makanan, rusaknya kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, perubahan ekosistem, dan terakhir yang masih terasa hingga kini adalah menurunnya kesehatan tanaman, hewan, dan manusia.
Post a Comment
Post a Comment